Laman

Senin, 14 Januari 2013

Estimasi Biaya dan Penganggaran



Estimasi Biaya
Saat proyek berada pada tahap konsepsi sudah harus dilakukan perkiraan biaya sehingga didapatkan perkiraan biaya proyek yang cukup layak untuk ikut dalam tender. Jika perkiraan terlalu tinggi kemungkinan besar akan kalah dalam tender. Perkiraan yang terlalu rendahpun sangat riskan, walalupun bisa menang dalam tender. Terkadang dilakukan perkiraan biaya yang cukup rendah untuk sekedar memenangkan tender. Setelah itu dilakukan negosiasi dengan klien untuk memperbesar nilai proyek (buy in). Walaupun cukup banyak yang dilakukan, praktek ini cukup beresiko dan kurang etis. Perkiraan biaya digunakan untuk menyusun anggaran dan dijadikan dasar untuk mengevaluasi performansi proyek. Tingkat pengeluaran aktual yang dibandingkan dengan tingkat pengeluaran yang dianggarkan akan menjadi ukuran penting dalam mengukur performansi proyek. Tanpa estimasi yang baik sulit diharapkan evaluasi yang efisien untuk menentukan ongkos proyek yang akurat.

Proses Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya untuk pekerjaan proyek sudah tentu lebih sulit dibandingkan perkiraan biaya untuk kegiatan rutin. Kegiatan yang rutin perkiraan biayanya bisa dibuat dengan sekedar x% dari anggaran tahun lalu. Sebaliknya pekerjaan proyek tidak bisa dengan mudah menambahkan x%, karena belum tentu ada dasarnya. Estimasi biaya untuk pekerjaan proyek terutama dilakukan terhadap biaya tenaga kerja dan bahan baku. Untuk pekerjaan proyek yang bersifat pengembangan sesuatu yang baru akan lebih sulit dilakukan karena belum pernah ada pekerjaan serupa sebelumnya. Sendangkan untuk pekerjaan yang bersifat adaptasi dari pekerjaan lain yang sudah ada, estimasi biaya lebih mudah dilakukan. Karena estimasi bisa didasarkan pada pekerjaan serupa yang pernah dilakukan.

Tiga pendekatan dalam perkiraan biaya, yaitu :
1.   Perkiraan biaya secara Top-Down
Pendekatan yang melakukan pertimbangan dan pengalaman diperoleh dari manajer tingkat atas, manajer menengah dan data masa lampau yang berhubungan dengan aktivitas yang serupa. Para manajer akan memperkirakan biaya seluruh proyek dan hasilnya diberikan kepada manajer dibawahnya. Para manajer di tingkat lebih bawah diharapkan akan melakukan estimasi biaya untuk paket kerja lebih kecil yang merupakan bagian dari proyek, yang diteruskan sampai kepada tingkatan paling bawah. Dengan demikian ketika manajer di tingkat tertentu melakukan estimasi biaya untuk beberapa kegiatan dia harus berpikir bahwa biaya maksimal yang bisa diusulkan haruslah lebih kecil atau sama dengan apa yang sudah diperkirakan oleh manajer di atasnya. 
2.  Perkiraan biaya secara Bottom-Up
Pendekatan yang dilakukan dengan melakukan perincian pekerjaan menjadi paket kerja yang detail. Orang-orang yang akan terlibat dalam pengerjaan paket kerja tersebut diminta pendapatnya mengenai biaya yang dibutuhkan dan waktu penyelesaiannya. Untuk lebih mudahnya, perkiraan awal dimulai dari sumberdaya baik material dan jam kerja yang diperlukan untuk suatu paket kerja. Kemudian hasilnya bisa dikonversikan ke nilai rupiah. Pendekatan top down secara luas banyak digunakan dalam proses perkiraan biaya ini. Sedangkan pendekatan bottom-up murni jarang digunakan. Para manajer senior akan merasa sangat riskan jika harus menerapkan pendekatan ini. Karena para manajer cenderung untuk tidak percaya sepenuhnya kepada bawahannya yang mungkin akan melebih-lebihkan perkiraan biaya yang diperlukan di bagiannya untuk menjamin keberhasilan dibagiannya serta membangun semacam "kerajaan" kecil. Karena, perkiraan biaya selanjutnya akan digunakan sebagai alat kontrol maka para manajer tersebut enggan untuk memberikan kekuasaan pengendalian ini kepada bawahannya. 
3.   Kombinasi Top-down dan Bottom-up
Pendekatan yang merupakan penggabungan antara pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam pendekatan ini manajer tingkat atas mengundang bawahannya untuk memberikan usulannya mengenai perkiraan biaya untuk pekerjaan yang akan datang. Kepala divisi akan menyampaikan permintaan ini melalui departemen, seksi, subseksi. Kemudian akan mengumpulkan hasil yang diberikan para bawahan ini yaitu catatan yang dilampirkan oleh manajer tingkat atas dalam permintaan yang dikirim ke bawahannya itu. Catatan itu bisa berupa informasi mengenai tenaga kerja maksimal yang boleh ditambahkan, tampahan upah yang diijinkan, proyek mana yang menjadi prioritas utama dan sebagainya. Dengan demikian ketika para bawahan mengirimkan usulan batasan-batasan yang diberikan atasan tadi sudah menjadi pertimbangan.

Pembengkakan Biaya
Pembengkakan biaya proyek dapat terjadi karena disebabkan :
1.   Informasi yang kurang akurat dan tidak pasti
Sangat penting untuk kepentingan estimasi adalah informasi harga material maupun tenaga kerja yang berlaku pada saat proyek dilaksanakan. Jika informasi yang tersedia tidak lengkap dan kurang akurat bisa jadi nilai estimasi jadi kurang tepat, informasi mengenai lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan juga harus jelas. Perlu adanya dana kemungkinan (contingency fund) untuk memberikan kelonggaran terhadap ketidakpastian biaya yang harus dikeluarkan. Semakin tinggi ketidakpastian semakin tinggi pula dana kemungkinan yang harus disediakan.
2.  Perubahan Desain
Bila ternyata ada perubahan desain yang diinginkan oleh user maka akan mengakibatkan perlunya pembuatan desain ulang pekerjaan, sumberdaya maupun material yang dipunyai. Hal ini tentu saja akan meningkatkan biaya.
3.  Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya adalah pemogokan buruh, tindakan konsumen, embargo dagang, pengurangan nilai mata uang dan kelangkaan sumberdaya. Hal ini mengakibatkan tertundanya pekerjaan, meningkatnya biaya administrasi dan overhead.
4.  Jenis kontrak proyek
Kontrak dengan harga tetap akan menyebabkan kontraktor lebih berhati-hati dalam mengendalikan biaya proyek. Ini bisa terjadi karena berapapun biaya yang dikeluarkan pihak user akan membayar dengan harga tetap.

 Penganggaran
Anggaran adalah suatu rencana pengalokasian sumberdaya, sehingga penganggaran adalah tindakan bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang terbatas untuk berbagai kegiatan dalam suatu organisasi selama jangka waktu tertentu. Seringkali para manajer harus bekerja dengan anggaran yang terbatas, suatu anggaran tidak hanya merupakan suatu rencana tetapi juga berfungsi sebagai alat kontrol untuk melihat sejauhmana penyimpangan yang akan terjadi pada biaya aktual terhadap yang direncanakan.

Elemen-elemen perkiraan biaya 
1.   Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL) : biaya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan proyek. Biaya ini dihitung dengan cara mengalikan tingkat upah per tenaga kerja dengan keahlian/level tertentu dengan jumlah jam kerja tenaga kerja yang bersangkutan.



2.   Biaya Bukan Tenaga Kerja Langsung (BTKL) : biaya total dari biaya-biaya bukan tenaga kerja yang langsung berkaitan dengan pekerjaan, misal biaya jasa konsultan, subkontraktor.

3.   Biaya Overhead dan Administrasi & Umum : biaya-biaya untuk melakukan bisnis, termasuk dalam kategori biaya penyediaan sarana perumahan dan prasarana bagi para pekerja, sewa bangunan, peralatan, asuransi. Sesuai dengan namanya biaya-biaya ini sulit dikaitkan langsung dengan suatu paket pekerjaan tertentu. Kadang-kadang juga sulit dibebankan pada proyek mana, karena biaya ini meliputi beberapa proyek. Biaya overhead atau pengeluaran tidak langsung dihitung sebagai prosentase dari biaya langsung tenaga kerja. Besarnya prosentase bergantung pada jenis pekerjaannya. Untuk pekerjaan yang sebagian besar dikerjakan dilapangan kisaran 25%, sedangkan pekerjaan yang dilakukan di laboratorium dan memerlukan perlengkapan yang mahal kisaran 250%. Tingkat biaya overhead dihitung dengan memperkirakan pengeluaran tidak langsung tahunan kemudian dibagi dengan biaya tenaga kerja langsung yang diproyeksikan untuk tahun yang bersangkutan, misal :
·     Biaya overhead tahun depan        Rp.      150juta
·     Biaya total tenaga kerja langsung Rp.      100juta

Cara-cara menentukan Biaya Tak Langsung
1.   Biaya tak langsung total proporsional dengan biaya langsung total
2.   Overhead proporsional dengan biaya tenaga kerja langsung
3.  Overhead proporsional dengan biaya tenaga kerja, biaya administrasi dan umum proporsional dengan biaya langsung dan overhead dan biaya langsung bukan tenaga kerja.

Laba adalah jumlah tersisa bagi pelaksana proyek setelah semua biaya dibayar. Besarnya laba bisa ditentukan dari prosentase biaya total atau persetujuan antara pemberi proyek dan pelaksana, sedangkan jumlah total biaya dan biaya disebut dengan tagihan biaya.

Penganggaran dengan rekening biaya
Dalam suatu proyek yang berukuran kecil, tidak akan sulit melacak bila terjadi pembengkakan biaya atau keterlambatan proyek. Karena satu anggaran cukup mewakili keseluruhan proyek. Untuk proyek-proyek yang cukup kompleks akan sangat sulit melacak kegiatan yang mana yang menyebabkan pembengkakan biaya bila ditemukan pada suatu saat terjadi pengeluaran aktual lebih besar dari yang direncanakan. Untuk mengatasinya ada konsep rekening iaya yang diharapkan bisa membantu mempermudah pencarian sumber pembengkakan. Dalam konsep ini proyek dipecah menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil dalam tingkatan-tingkatan tertentu, yang masing-masing mempunyai kode tertentu. Prosedur pengkodeannya mirip seperti WBS. Untuk suatu kode tertentu bisa jadi berhubungan dengan suatu paket kerja tertentu. Tetapi bisa juga gabungan dari beberapa paket kerja akan mendapat satu kode. Untuk setiap nomor rekening ini dibuat anggarannya. Nomor rekening ini menjadi dasar untuk melacak dan mengendalikan proyek. Dengan demikian pemantauan dan pengendalian biaya dilakukan pada setiap rekening biaya.


Tabel 1. Kode Rekening
Tingkat
Kode/rekening yang diberikan
1
01-00-00
2
01-00-00
3
01-01-1000
3
01-01-2000
2
01-02-00
3
01-02-1000
4
01-01-1010
2
01-03-1000


 Rekening biaya dan paket kerja adalah analog. Setiap rekening biaya mengandung informasi :
1.    Deskripsi pekerja
2.    Jadwal waktu
3.    Siapa yang bertanggungjawab
4.    Anggaran berjalan
5.    Material, tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan
Rekening biaya bisa dibuat juga untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak berhubungan langsung dengan paket kerja tertentu. Jadi untuk biaya biaya tidak langsung seperti administrasi, pemeriksaan, pengawasan dibuat dengan rekening biaya sendiri secara terpisah, dengan begitu biaya keseluruhan tetap tidak tercecer.

Ringkasan biaya
Jika seluruh paket kerja dari suatu proyek telah ditentukan anggarannya bisa dibuat ringkasan biaya secara menyeluruh. Biaya menyeluruh bisa diperoleh dengan menggabungkan semua rekening hanya melalui integrasi WBS dengan struktur organisasi.

Penjadwalan Biaya dan peramalan
Muncul pertanyaan mengenai berapa besar tingkat pengeluaran yang dibutuhkan oleh suatu proyek, pada periode mana pengeluaran akan mencapai tingkat tertinggi dan bagaimana perubahan yang terjadi bila waktu pelaksanaan kegiatan diundur dan pada saat paling akhir selama pembuatan rencana dan penganggaran. Dari jadwal yang telah dibuat dan informasi biaya untuk setiap paket kerja bisa diperoleh informasi yang sangat berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.

Semoga Bermanfaat...

Salam,
SNZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar